Rabu, 03 Juli 2013

mengintip isi peraturan pemerintah no.41 tahun 2013…masih banyak kekurangannya…!!!

Yup, peraturan yang mengatur tentang mobil murah & ramah lingkungan telah disahkan oleh Presiden RI pada tanggal 23 Mei 2013 lewat Peraturan Pemerintah (PP) No.41 tahun 2013 tentang barang kena pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang dikenai pajak penjualan atas barang mewah. Bagi produsen mobil tentu hal ini yang ditunggu2, mereka berancang2 untuk produksi mobil yang populer dengan sebuta LCGC (low cost green car). Trus bagi konsumen bisa berkesempatan untuk meminang mobil baru dengan harga terjangkau.
Dalam PP tersebut dijelaskan dengan gamblang kendaraan2 tipe apa saja yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) rendah, sedang, tinggi hingga bebas pajak. Saya coba ringkas gambaran dari pajak2 tsb :
PPnBM PP 41 tahun 2013
Selain itu ada juga pengenaan pajak untuk kendaraan dengan kategori khusus seperti :
  1. PPnBM 75% untuk kendaraan dengan teknologi advance diesel/petrol engine, dual petrol gas engine (converter kit CNG/LGV), biofuel engine, hybrid engine, CNG/LGV dedicated engine dengan konsumsi BBM mulai dari 20 – 28 km/liter.
  2. PPnBM 50% untuk kendaraan dengan teknologi advance diesel/petrol engine, dual petrol gas engine (converter kit CNG/LGV), biofuel engine, hybrid engine, CNG/LGV dedicated engine dengan konsumsi BBM lebih dari 28 km/liter.
  3. PPnBM 0% (ini LCGC) dengan rincian :
  • Mesin bensin, kapasitas s.d. 1200 cc, konsumsi BBM minimal 20 km/liter
  • Mesin diesel, kapasitas s.d. 1500 cc, konsumsi BBM minimal 20 km/liter
Di samping itu kendaraan2 seperti ambulan, mobil jenazah, pemadam kebakaran, mobil tahanan, angkutan umum, kendaraan untuk protokoler negara, kendaraan dinas Polri/TNI, kendaraan militer mendapatkan perlakuan khusus bebas pajak.
Setelah saya menyimak isi PP sebanyak 12 halaman, yah seperti itulah gambarannya. Ada sedikit hal yang menggelitik di benak pikiran saya yakni penamaan LCGC yang digembar gemborkan oleh Pemerintah. Kalo diterjemahkan dalam bahasa Indonesia kurang lebih artinya mobil hijau dengan harga murah. Mobil “hijau” disini tentu dalam kacamata saya adalah mobil ramah lingkungan. Namun dalam PP tersebut hanya disebutkan “mobil hemat energi & harga terjangkau”. Hemat energi berarti hemat dalam penggunaan konsumsi BBM. Sedangkan harga terjangkau adalah harga yang mudah dijangkau oleh masyarakat luas. Tak ada embel2 ramah lingkungan…!!!
Mobil Nasional
Dengan adanya aturan PP tsb, bagaimana dengan nasib mobil nasional (mobnas) seperti Tawon, Komodo, Viar dsb ??? posisi mereka tergencet…!!! ATPM2 raksasa diuntungkan dengan aturan ini…!!! Regulasi yang membebaskan kapasitas mesin hingga 1200 cc (bensin) ato 1500 cc (diesel) tentu membuat mobnas sulit bersaing. Contoh kendaraan2 yang diproduksi oleh Tawon, rata2 berkapasitas dibawah 1000 cc. Bagaimana jika ATPM2 asing yang notabene punya modal kuat, sumber daya melimpah hingga penguasaan teknologi yang kompeten ikut2an membuat mobil berspek mesin dibawah 1000 cc ??? tentu mobnas bakalan ndlosor…!!! Menurut saya sih seharusnya ada batasan di PP tersebut untuk memberi kesempatan mobnas berkembang misalnya untuk mobil nasional spek mesinnya antara 0 s.d. 1000 cc. Nah dengan ada pembagian tersebut setidaknya memberi peluang kepada mobnas untuk mengembangkan mobilnya.
Mobil Rendah Emisi
Mobil dengan teknologi hybrid, bahan bakar gas ato sebangsanya yang jelas2 ramah lingkungan masih diperlakukan dengan pajak tinggi…!!! Suatu keanehan dimana di negara2 lain diberikan insentif pajak, disini malah dibebani pajak tinggi. Gimana mo mendapatkan lingkungan yang bersih kalo pajaknya tinggi, kontra dengan program “Langit Biru” yang didengung2kan oleh Pemerintah. Mobil listrik yang lagi dikembangkan oleh Dasep Ahmadi dkk tentu juga akan kesulitan masarin mobilnya.
Satu lagi, apakah nantinya PP ini akan menjamin mobil bakalan murah ??? belum tentu juga. Maraknya korupsi, pungli di berbagai tempat ato hambatan2 yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi membuat harga suatu produk menjadi tinggi. Hal ini pernah diutarakan oleh teman saya yang bekerja di salah satu pabrik elektronik, dia mengatakan bahwa harga eletronik bisa ditekan lagi kalo negeri ini bebas korupsi. Lihat saja bagaimana komponen yang baru turun dari pelabuhan namun sudah dikenai pungli, belom lagi di tengah perjalanan menuju pabrik kena pungli lagi dst.
Yah segitu dulu deh opini saya sebagai orang awam. Monggo pendapatnya mas bro & sis sekalian…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar